ARTI DAN LAMBANG TAHUN ROHANI
Bingkai
Segitiga sama sisi
Merujuk
pada kesatuan Tritunggal Mahakudus. Persekutuan Trinitaris menjadi wacana dan
inspirasi bagi tiap calon dalam membangun mutu relasi dengan diri sendiri, orang
lain, lingkungan dunia dan Tuhan. Persekutuan Trinitaris menjadi inspirasi dan
motif menggerakkan dalam menghayati kedalaman makna komunitas presbiterial yang
dihidupi oleh nilai-nilai persatuan, kasih dan intimitas, komitmen dan missioner.
Jemari
tangan memegang tumbuhan semai atau tanaman muda
Tanaman
atau tumbuhan semai yang masih muda melambangkan peserta bina. Ia bagaikan
benih yang sudah tumbuh, namun masih dalam tahap persemaian, masih muda, dan
perlu pematangan, dalam kenyataan ia merujuk pada peserta bina, yang setelah
mengalami persemaian panggilan dalam tabah seminari menengah kini memberikan
dirinya untuk relas ditumbuhkan lebih dewasa dalam penghayatan hidup panggilan
dan bisi hidup pelayanan imamat diosesan. Dalam lambang tersebut ditemukan
makna khas Tahun Rohani, yakni merawat dan memastikan mutu panggilan peserta
bina.
Salib
pada gambar latar belakang
Menunjukkan
arah masa depan yang harus dicapai oleh setiap peserta bina. Karya mulai Tahun
Rohani terletak pada misinya untuk mengantar setiap peserta bina mampu
mengikuti dan menyerupai Kristus Gembala Agung yang telah rela memberikan
diri-Nya secara total, bahkan menyerahkan nyawa-Nya di atas Salib demi memberi
kehidupan sejati kepada manusia. bagi pserta bina Kristus, yang dimuliakan
karena kasih kegembalaan-Nya, sungguh merupakan jalan, kebenaran, dan
kehidupan. Kristus itulah yang menjadi model penghayatan hidu[ para calon.
Lidah
Api
Mengenangkan
peranan tak tergantikan dari Roh Kudus yang merupakan aktor utama dalam
menerangi batin peserta bina, menuntun pada kebenaran, dan menggerakkan kearah pemenuhan
kehendak Allah. Baik pembina dan terutama para peserta bina sangat diharap peka
dalam mendengarkan bisikan Roh Kudus dan taat pada kehenedak-Nya.
Gambar
garis grafis pada latar belakang
Melambangkan
realitas kompleks dari dunia dan jaman yang harus dibaca dalam semangat dikresi
agar setiap calon mampu menempatkan dirinya dalam konteks kehendak Tuhan. Realitas
dunia dengan segala warna kemajuan dan problematikanya menjadi suatu wilayah
yang harus disadari oleh setiap peserta bina, bukan saja untuk dimengerti menurut
hukukmnya sendiri tetapi juga harus didekati dari perspektif iman. Dunia itulah
yang harus dikenal, dihadapi tantangan dan godaannya, dimajukan agar semakin
indah di hadapan Tuhan.